Rambhau senang sekali mendengarkan firman Tuhan, tetapi setiap kali David berusaha untuk mengajak Rambhau menerima Kristus sebagai penebusnya, Rambhau menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Cara orang Kristen ke surga sangat mudah untukku! Aku tidak bisa menerimanya. Jika aku ingin masuk ke surga dengan cara seperti itu, aku menjadi seperti seorang pengemis yang memohon belas kasihan. Mungkin aku sombong, tapi aku ingin mendapatkan tempat di surga dengan usahaku sendiri!"
Tidak ada yang bisa David katakan untuk mempengaruhinya. Waktu berjalan dengan cepat. Suatu sore, terdengar ketukan di pintu kamarnya. Ia menemukan Rambhau di sana.
"Silahkan masuk, sahabatku" kata David.
"Tidak,"kata Rambhau. "Aku ingin mengajakmu pergi ke rumahku, tuan, tidak lama kok, aku ingin memperlihatkan sesuatu kepadamu. Tolong jangan katakan tidak."
"Tentu saja aku akan datang," jawab David. Sesampainya di rumah Rambhau, ia berkata "Beberapa minggu lagi aku akan mulai bekerja untuk mendapatkan tempatku di surga; Aku akan pergi ke New Delhi, dan aku akan ke sana dengan jalan kaki."
"Bung, apakah kamu gila! Jarak dari sini ke Delhi adalah 900 mil, dan di dalam perjalanan kakimu akan lecet, keracunan, atau mungkin kena lepra sebelum kamu sampai ke Bombay. Kamu akan menderita!"
"Tidak, aku harus pergi ke Delhi," tegas Rambhau, "dan tidak ada makhluk hidup satu pun yang bisa mencegahku pergi ke sana! Penderitaan yang mungkin aku alami nanti, adalah penderitaan yang sangat manis, karena setelah itu aku pasti mendapatkan tempat di surga!"
"Temanku, Rambhau, kamu tidak bisa. Bagaimana aku bisa mencegahmu, kamu tahu kan Yesus telah menderita dan wafat di kayu salib hanya untuk menyediakan tempat untukmu!" = Tetapi keyakinan pria tua itu tidak terpengaruh. "Kamu adalah sahabatku yang terbaik di dunia, tuan Morse. Sepanjang tahun ini, kamu telah menemani aku ketika aku sakit, bahkan kau satu-satunya sahabatku. Meski demikian, kamu tidak akan bisa mencegah hasratku untuk mendapatkan tempat abadi... Aku harus pergi ke Delhi!!!"
Di dalam pondok itu, David duduk di kursi yang dibuat Rambhau secara khusus untuknya, di mana di situlah ia membacakan firman Tuhan untuk Rambhau.
Rambhau masuk ke ruangan lainnya lalu kembali lagi sambil membawa sebuah kotak besi. "Aku telah memiliki kotak ini selama beberapa tahun" katanya, "dan aku hanya menyimpan suatu yang berharga di sini. Sekarang aku akan menceritakan kepadamu, tuan Morse. Dulu, aku memiliki seorang putra..."
"Putra?" Kenapa, Rambhau, kenapa kamu tidak pernah mengatakan sesuatu tentangnya!"
"Tidak, tuan, aku tidak bisa." ia berkata sambil menangis.
"Sekarang aku harus mengatakannya kepadamu, karena sebentar lagi aku akan pergi dan siapa tahu kalau aku tidak kembali lagi? Putraku adalah seorang penyelam juga. Ia adalah penyelam mutiara yg terbaik di India. Ia penyelam yang tangkas, memiliki mata yang tajam, tangan yang kuat, dan nafas yang panjang ketika ia berada di dalam air untuk mencari mutiara. Ia adalah kebanggaanku! Semua mutiara, seperti yang kamu ketahui, memiliki cacat di mana hanya seorang pakar yang bisa untuk melihatnya, tetapi putraku selalu bermimpi untuk menemukan 'mutiara yang sempurna' yang belum pernah ditemukan. Suatu hari ia menemukannya! Tetapi ketika ia melihatnya, ia telah berada di dalam air terlalu lama... Mutiara itu merenggut nyawanya, ia meninggal tidak lama kemudian.."
Penyelam tua itu menundukkan kepalanya. Untuk beberapa saat, seluruh tubuhnya bergetar, tetapi tidak ada suara yang keluar. "Beberapa tahun ini," ia melanjutkan, "aku telah menyimpan mutiara ini, tetapi sekarang aku akan pergi, tidak akan kembali, dan untukmu, sahabatku, aku berikan mutiaraku ini."
Orang tua itu membuka kunci kotak itu dan mengambil dari dalam dengan hati-hati sebuat bungkusan. Kemudian ia membuka kapas yang menyelimuti mutiara itu, mengambil mutiara besar dan meletakan di tangan misionaris itu.
Itu adalah mutiara yang terbesar yang pernah ditemukan di pantai India, dan bersinar dengan cemerlang dan gemilang yang belum pernah ditemukan oleh orang. Mutiara itu mungkin memiliki nilai yang sangat tinggi.
Sejenak misionari itu tidak bisa berkata apa-apa, ia terpukau kagum. "Rambhau! Mutiara ini sangat indah!"
"Mutiara itu, tuan, adalah sempurna." jawab orang India pelan. Misionari itu berpikir : Apakah ini kesempatan dan saat yang ia tunggu, untuk membuat Rambhau mengerti mengenai nilai pengorbanan Kristus? Maka ia berkata kepada Rambhau, "Rambhau, ini adalah mutiara yang luar biasa indahnya dan mengagumkan. Biarkan aku membayarnya. Aku akan membelinya seharga $10000."
"Tuan, apa maksudmu?" "Oke, aku memberikan $15000, dan jika masih kurang akan aku usahakan untuk membayarkannya."
"Tuan," jawab Rambhau dengan kaku, "Mutiara ini tak ternilai harganya. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang memiliki uang yang cukup untuk membayar mutiara yang berharga ini. Di pasaran, 1 juta dollar pun tidak bisa untuk membayarnya. Aku tidak menjualnya untukmu. Ini hadiah untukmu."
"Tidak, Rambhau, aku tidak bisa menerimanya. Meski aku sangat menginginkan mutiara ini, aku tidak bisa menerimanya dengan cara itu. Mungkin aku terlalu sombong, tetapi hal itu sangat mudah. Aku harus membayarnya, atau bekerja untuk membayarnya..."
Penyelam mutiara itu terdiam. "Kamu tidak mengerti, tuan. Tidakkah kamu mengerti, putra tunggalku memberikan hidupnya untuk mendapatkan mutiara ini, dan aku tidak akan menjualnya untuk uang sepeser pun. Mutiara ini seharga dengan nyawa putraku. Aku tidak bisa menjualnya, tetapi aku bisa memberikannya untukmu. Terimalah sebagai tanda kasihku kepadamu."
Misionari itu terkejut, untuk sesaat ia tidak bisa berkata apa-apa. Kemudian dia mengambil tangan Rambhau. "Rambhau," katanya pelan, "Kamu sadar? Kata-kata yang kamu keluarkan barusan adalah yang ingin kusampaikan mengenai Tuhan selama ini."
Penyelam itu tertegun, setelah sekian lama berpikir akhirnya ia mengerti. "Tuhan menawarkanmu keselamatan sebagai hadiah yang gratis." kata misionari itu. "Hadiah ini sangat luar biasa dan tak ternilai harganya. Tidak ada orang yang bisa membelinya. Jutaan dollarpun terlalu sedikit. Hadiah ini seharga dengan pengorbanan Tuhan dengan menyerahkan putra tunggalNya untuk menyediakan tempatmu di surga. Meski jutaan tahun, kamu tidak akan bisa masuk ke surga jika kamu tidak menerima hadiah ini. Yang harus kamu lakukan adalah menerima cinta Tuhan."
"Rambhau, tentu saja aku akan menerima mutiara ini dengan rendah hati, bersyukur kepada Tuhan bahwa aku layak untuk mendapatkannya. Rambhau, apakah kamu bersedia menerima hadiah gratis dari surga, juga dengan rendah hati?"
Air mata dengan deras menetes di pipi penyelam itu. "Tuan, aku mengerti sekarang. Aku telah percaya ajaran Yesus 2 tahun ini, tetapi aku belum bisa mempercayai bahwa pengorbananNya tidak ternilai harganya. Aku mengerti sekarang, ada beberapa hal yang tidak bisa dinilai dengan uang. Tuan, aku bersedia menerima keselamatanNya!"